Padazaman Khilafah Abbasiyah (132-650 H/ 750-1258 M ) terjadi "Abad terjemahan" Karena saat proses penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat yunani kedalam bahasa arab dilakukan secara besar-besaran . pusat pertama tempat orang eropa mempelajari ilmu pengetahuan yang ditulis dalam bahasa arab didirikan di Toledo (spanyol) di
Padadasarnya buku ini adalah antologi tulisan dari sejumlah penafsir besar Kabbalah, buku ini mempertahankan ketenangan yang biasanya diasosiasikan dengan subjek ini, selain juga memberikan kebijaksanaannya kepada pembaca. kecenderungan untuk mele-paskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa penga-dilan tidak tepat. Pertama
Zamanini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
PerpustakaanDigital menerbitkan Ilmu Pendidikan Islam pada 2021-07-14. Bacalah versi online Ilmu Pendidikan Islam tersebut. Download semua halaman 1-50.
pada masa dinasti Abbasiyah studi naskah berkembang pesat pada masa khalifah Al-Mansur (754-775), Harun Al-Rasyid (786-809), dan mencapai puncaknya pada masa Al-Makmun (809-833). - dengan Bait al-Hikmah sbagai pusat studi ilmu pengetahuan, banyak naskah-naskah Yunani dan Siria diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian dikembangkan oleh para
2 Retorika bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan retorika dalam kehidupan sehari-hari antara lain: "secara spontan atau intuitif, secara tradisonal atau konvensional, dan secara terencana.". Pemamanfaatan retorika secara spontan atau intuitif ini sering terjadi dalam kehidupan bertutur sehari-hari.
PIghPO. This study aims to find out various issues ranging from the history of the establishment of the Abbassid dynasty to the development of modern Islamic education, the Islamic world again reached its peak of glory during the reign of the Abbasid Daula which was centered in Baghdad, five and a half centuries since its establishment in 132 H 750 AD. until the destruction of Baghdad by Hulagu Khan in 1268 AD 656 H. The sovereignty of the Muslims in this era has reached the peak of glory, both wealth, progress, or power. Even in this era, various Islamic sciences have been born and developed and various important sciences have been translated into Arabic. It seems that reforming ideas about the education system always get the attention of every reformer thinker. This is because education is an arena of study that never runs dry, because the main problem being discussed is about humans and all their aspects. In addition, the way to achieve the goal of thinking is done, both through formal and non-formal education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, November 2021; 97-112 SEJARAH DINASTI ABBASSIYAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA MODERN Rosanti Salsabila UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract This study aims to find out various issues ranging from the history of the establishment of the Abbassid dynasty to the development of modern Islamic education, the Islamic world again reached its peak of glory during the reign of the Abbasid Daula which was centered in Baghdad, five and a half centuries since its establishment in 132 H 750 AD. until the destruction of Baghdad by Hulagu Khan in 1268 AD 656 H. The sovereignty of the Muslims in this era has reached the peak of glory, both wealth, progress, or power. Even in this era, various Islamic sciences have been born and developed and various important sciences have been translated into Arabic. It seems that reforming ideas about the education system always get the attention of every reformer thinker. This is because education is an arena of study that never runs dry, because the main problem being discussed is about humans and all their aspects. In addition, the way to achieve the goal of thinking is done, both through formal and non-formal education. Keywords development, education, Islam Abstrak Penelitian ini bertujan untuk mengetahui berbagai persoalan mulai dari sejarah berdirinya dinasti Abbassiyah sampai perkembangan Pendidikan Islam masa modern, dunia Islam kembali mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, lima setengah abad lamanya yaitu sejak bangunnya tahun 132 H 750 M sampai dihancurkannya Baghdad oleh Hulagu Khan pada tahun 1268 M 656 H. Kedaulatan kaum muslimin di zaman ini telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaannya. Bahkan pada zaman ini pula, telah lahir dan berkembang berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tampaknya, pemikiran pembaharuan tentang sistem pendidikan, selalu mendapat perhatian dari setiap pemikir pembaharu. Hal ini disebabkan oleh adanya pendidikan itu merupakan arena studi yang tidak pernah kering, karena masalah pokok yang menjadi pembahasannya adalah mengenai manusia dengan segala aspeknya. Di samping itu, jalan untuk mencapai tujuan pemikiran dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Kata Kunci Perkembangan, Pendidikan, Islam Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan PENDAHULUAN Dalam catatan sejarah, ajaran Islam menghadapi pasang surutnya. Dari masa Rasulullah saw hingga 3 pemerintahan setelahnya kekhalifahan Khulafaur Rashidin, tradisi Umayyah, dan Abbasiyah yang masing-masing pemerintahannya memiliki ciri khas atau perbaikan. Masa ajaran Islam terjadi di tengah masa Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan dengan masa penyempurnaannya, tepatnya pada masa Khulafaur Rasyidin. Puncaknya adalah pada masa Abbasiyah, pemerintahan yang dianggap berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW yang pernah mengalami masa kemenangan di segala Islam ditandai dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan, budaya dan pengajaran Islam. Kemajuan cepat ini didukung oleh kehadiran guru yang menyesuaikan dengan peningkatan ini. Saat itu, pembelajaran logika dibangun sebagai pusat pembelajaran IPA, budaya dan ajaran tengah pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, ia terlalu dinamis dalam menafsirkan berbagai buku dialek luar ke dalam bahasa Arab. Organisasi interpretasi yang tidak umum didirikan untuk tujuan menafsirkan data dan informasi berbeda yang terkandung dalam buku-buku luar. Tafsir yang dibangun dimotori oleh seorang master, khususnya wadah Yuhana Musawih. Saat itu, bahasa Arab merupakan dialek resmi bangsa dan dialek pengantar di sekolah dan perguruan tinggi, serta menjadi alat atau implikasinya untuk komunikasi PENELITIAN Tipe riset ini ialah riset kualitatif. Sesuai dengan obyek kajian artikel ini, sehingga tipe riset ini tercantum dalam jenis riset kepustakaan library research. Bagi Kaelan, dalam riset kepustakaan kadangkala mempunyai deskriptif serta pula mempunyai karakteristik historis. Metode pengumpulan informasi, dalam perihal ini Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Fenomena, STAI Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020 Fuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, “The Golden Age Off Islam”, Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014 Budiyati dan Anisa Dwi Makrufi, Peradaban Islam Periode Daulah Abbasiyah Dalam Meningkatkan Minat Membaca Masyarakat, Jurnal Pendidikan Islam, FITK UIN Malang, Volume 3 Nomor 2, Edisi Januari 2019. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 penulis melaksanakan analisis dari berbagai literatur yang ada yang berkaitan dengan lembaga pendidikan Islam di era dinasti Abbasiyah. Berikutnya penyusunan ini ditelaah dengan memakai model analisis interaktif Milles and Huberman, dengan alur reduksi informasi, penataan informasi serta penarikan DAN PEMBAHSAN Sejarah Dinasti Abbasiyah Landasan garis Abbasiyah dimulai dengan runtuhnya tradisi Umayyah yang mendorong runtuhnya garis Umayyah di Damaskus. Dengan segala bentrokan yang ada di dalam tubuh kaum Bani Umayyah, membuat kaum Abbasiyah tampil sebagai pengganti wibawa kaum Muslimin. Konfrontasi pemberontakan otoritas Abbasiyah terhadap Bani Umayyah mendapat kepekaan yang sangat besar dari masyarakat, terutama dari kalangan Syi'ah. Dorongan tersebut datang karena adanya jaminan untuk mendirikan kembali ekuitas seperti yang dilakukan oleh KhulafaurrasyidinDaulah Abbasiyah dibangun, benar-benar atas dasar penyalahgunaan pemegang kendali daulah Umayyah seperti pelanggaran, tandan, suku, klan dan sahabat, serta penganiayaan terhadap Syiah, Hasyimiyah dan pengucilan terhadap Muslim Ajam. Pada saat itu ada perkembangan bawah tanah untuk membantahnya. Di sisi lain, penting bagi Umayyah, bahwa dia adalah orang pertama yang menahan penjara bagi mereka yang terbukti bersalah setelah dijatuhi hukuman dalam persidangan itu. Saat itu, ijtihad dilaksanakan seluas-luasnya tanpa terikat oleh satu orang pun, memang dalam "al-Qadha fi al-Islām" disebutkan bahwa qadhi memilih kasus-kasus tanpa muatan positif atau ijma "ulama pendahulu, baik di dalam kerangka melihat atau dalam bingkai jika dia mengalami kesusahan, maka dia meminta bantuan dari ahli hukum Mesir dan dari antara mereka banyak yang Kaelan, metode penelitian kualitatif interdispliner, Yogyakarta , Indonesia Pradigma, 2010, Nunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan dibimbing oleh khalifah dan wali dalam hal ini memutuskan lihat. Muhammad Salam Madkur 1964.Khalifah-khalifah dinasti abbassiyah Dalam perkembangannya Daulah Abbasiyah dibagi menjadi lima periode yakni, Periode Pertama 750 M. - 847 M., yang para khalifah Abbasiyah berkuasa penuh. Periode Kedua 847 M. - 945 M. disebut periode pengaruh Turki. Periode Ketiga 945 M. - 1055 M. pada masa ini daulah Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Periode Keempat 1055 M. dalam periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Saljuk atas Daulah Abbasiyah. Periode Kelima 1194 M. periode ini khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu, mereka merdeka berkuasa akan tetapi hanya di Baghdad dan periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbas telah dimulai sejak pemerintahan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur serta pada masa Khalifah al-Mahdi 775-785 M., akan tetapi popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun al-Rashid 786-809 M. dan putranya al-Ma’mun 813-833 M.. Kekayaan banyak dimanfaatkan Harun al-Rashid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian- pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Frangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir’ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016 Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997,h. 7-9 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Khalifah-khalifah Bani Abbas secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah- naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di Dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Perkembangan pesat peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung Dunia Timur dan Barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam. Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah Pendidikan adalah bagian terpenting yang tidak dapat dibedakan dari latihan kehidupan manusia di dunia ini. Pendidkan diakui sebagai kekuatan yang dapat menawarkan bantuan orang mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Orang tidak akan dapat menciptakan budaya mereka dengan sempurna jika tidak didukung oleh Islam mengalami puncak kejayaannya selama periode Abbassiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat maju dimulai dengan penafsiran tulisan-tulisan jarak jauh, terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, dasar dari pusat peningkatan ilmu pengetahuan dan perpustakaan serta penataan sekolah yang logis dan taat sebagai hasil dari kesempatan berpikir. Garis Abbassiyah adalah garis Islam yang paling berhasil dalam membangun peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak mempersoalkan hasil karya para pakar di tengah kaidah tradisi Abbasiyah dalam memajukan ilmu dan peradaban Asrohah, Sejarah Pendidikan IslamCet. I Jakarta Logos, 1990, hal. 9 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaCet. I; Jakarta Kencana Group, 2007, hal. 5 A. Najili Aminullah, Dinasti Abbassiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, Jurnal Pendidikan Islam, IAIN SMH Banten, Volume 2, Nomor 3, Edisi 2018 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Kita dapat melihat karakter guru dalam instruksi sempurna yang didambakan oleh darah biru Timur Tengah dari perintah al-Rashid hingga pendidik individu putranya, al-Amin “Jangan terlalu kejam sehingga membahayakan kecerdasan dan tubuhnya, dan jangan terlalu lemah sehingga dia terpeleset dan menutup mulut dengan sikap apatis. Setujui langsung kemampuan Anda dengan cara yang baik dan halus, tetapi jangan ragu untuk bersikap tegas dan tegas saat dia tidak memperhatikan atau mengabaikan Anda.”Kemajuan pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena metode pengajaran Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan telah tercipta sejalan dengan peningkatan sosial budaya umat Islam. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam dapat meniru pola ajaran Islam di masa lalu, sejak masa Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama beberapa waktu kemudian. Pakar sejarah mengatakan bahwa beberapa waktu belakangan ini perkembangan sekolah dan perguruan tinggi, sebagai pendidikan instruktif formal, dalam dunia Islam, ajaran Islam nonformal benar-benar tercipta, termasuk seperti etika dan strategi sosial yang berkembang dalam peradaban Islam. Bagaimanapun, peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang sangat besar di berbagai bidang, terutama bagi dunia Barat, yang saat ini diterima sebagai pusat peradaban dunia. Komitmen utama ini meliputi 1 Di tengah-tengah abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya Muslim dalam bidang penalaran, sains, dll. Ditafsirkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari bahasa Spanyol. Penafsiran ini tidak diragukan lagi telah meningkatkan program pendidikan instruktif di dunia Barat. 2 Serli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015 Masjudin dan Selamet Ridwan, Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Dinati Abbasiyah, Jurnal Ta’dib, UIN Malang, Volume 15 Nomor 2, Edisi 2017 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 2 Muslim telah membuat uji komitmen terhadap strategi dan hipotesis sains di dunia Barat. 3 Dokumentasi bahasa Arab dan kerangka desimal pada saat yang sama disajikan ke dunia barat. 4 Karya-karya dalam kerangka penerjemahan, khususnya karya-karya Ibnu Sina Ibnu Sina di bidang pengobatan, dimanfaatkan sebagai tulisan dalam ajaran perguruan tinggi hingga pertengahan abad ke-17 M. 5 Peneliti Muslim dengan karya-karyanya yang berbeda-beda telah menyemarakkan kebangkitan. Tujuan Pendidikan Pada Dinasti Abbassiyah Tujuan pendidikan pada dinasti Abbassiyah adalah tujuan yang akan dicapai dalam usaha pendidikan, satu-satunya konsep tujuan instruktif adalah mengubah apa yang instruktif mempersiapkan kebutuhan dan upaya, baik dalam perilaku individu maupun kehidupan yang menggabungkan perspektif pribadi, sosial dan tersebut dapat diringkas sebagai berikut a Tujuan keagamaan dan etika Seperti pada jaman dulu, anak-anak diajar untuk membaca atau menghafal Alquran, hal ini seringkali merupakan komitmen dalam beragama, sehingga mereka mengikutinya setelah hikmah yang taat dan beretika. menyetujui agama. b Tujuan komunitas Pemuda pada saat itu ditelaah dan dipertimbangkan agar mereka dapat mengubah dan memajukan masyarakat, dari masyarakat yang penuh kebodohan menjadi masyarakat yang memancarkan informasi, dari masyarakat yang menarik diri menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai itu, informasi yang Wasito, Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah Abbassiyah, Jurnal Pendidikan Islam, IAIT Kediri, Volume 26 Nomor 1, Edisi 2015 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1979, hlm 398-399. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan diajarkan di madrasah tidak seperti ilmu agama dan bahasa arab, justru informasi umum yang berharga diajarkan untuk kemajuan masyarakat. c Cinta Ilmu Masyarakat pada waktu itu belajar untuk mengantisipasi apa-apa selain dari pada menyebarkan informasi. Mereka pindah ke seluruh negeri Muslim untuk mempertimbangkan meskipun perjalanan hati-hati yang biasanya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain adalah memenuhi kebutuhan mereka menuntut ilmu. d Tujuan materi Pada saat itu mereka sedang mempertimbangkan untuk mencari nafkah yang layak dan pangkat yang tinggi, memang jika mungkin mendapatkan kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, seperti beberapa hal yang ditunjukkan di masa sekrang Pendidikan Dasar Kuttab pada Masa Daulah Abbasiyah Harus diakui, lembaga-lembaga pendidikan pada masa Abbasiyah terdiri dari lembaga pendidikan yang sudah lama terbentuk bahkan sejak masa Rasulullah maupun lembaga pendidikan hasil bentukan penguasa Abbasiyah. Kuttab misalnya sudah ada sejak masa Rasulullah. Bahkan jauh sebelum itu, kuttab telah ada di Negeri Arab sebelum datangnya agama Islam, tetapi belum begitu dikenal. Dalam bentuk awalnya, tempat ini hanya berupa ruangan di tempat guru. Dalam perkembangan selanjutnya dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan semakin banyaknya orang yang pandai membaca dan menulis maka keberadaan ruang di rumah guru ini semakin terasa tidak memadai untuk menampung jumlah anak yang semakin banyak. Kondisi ini mendorong para guru dan orang tua murid untuk mencari tempat belajar yang lebih lapang dan luas untuk ketenteraman anak dalam belajar. Oleh karena itulah maka dipilih sudut-sudut masjid atau ruangan yang berhubungan dengan perkembangannya, kuttab-kuttab ini mengalami pergeseran tempat dan fungsinya. Di samping yang diadakan di mesjid, terdapat pula yang diadakan di luar masjid dalam bentuk madrasah dan dapat menampung jumlah siswa yang Mamud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta PT. Hidakarya Agung, 1990, hlm. 46 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3 Cet. II; Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003, h. 86. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 banyak. Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, kuttab menjadi tempat belajar bagi pendidikan tingkat tinggi dan menengah. Hal ini berbeda dengan keberadaan pada masa sebelumnya yang fungsinya sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak6 atau lembaga pendidikan pendidikan lain yang digunakan adalah masjid. Masjid adalah suatu bangunan, gedung, atau suatu lingkungan yang dikelilingi pagar yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt, khususnya mengerjakan Fungsi masjid ini di samping untuk shalat lima waktu, shalat sunnat dan ibadah-ibadah lainnya, serta digunakan juga untuk kegitan syiar Islam, mengajarkan agama Islam, pengajian, dan kegiatan lain baik politik maupun sosial. Dalam perkembangannya, hampir semua masjid menjadi tempat halaqah, bahkan masjid dapat menyelenggarakan beberapa halaqah. Pada zaman Abbasiyah, fungsi politik masjid mulai ditinggalkan. Seluruh urusan negara diselesaikan di istana. Masjid hanya difungsikan sebagai tempat pertemuan ilmiah bagi para sarjana dan ulama, juga untuk mendalami ilmu-ilmu agama dalam berbagai mazhab. Dengan kata lain, tempat ini biasa digunakan untuk pendidikan tingkat tinggi dan untuk takhasus Madrasah juga tidak ketinggalan dalam memberikan andil pada kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah. Pada masa ini lahir lembaga al-madrasah yang secara harfiah berarti "sekolah". Al-Madaris bentuk plural madrasah secara umum terdiri dari pendidikan pertama, menengah, dan tinggi. Adalah Nizamul Mulk yang mula-mula mendirikan nama madrasah. Madrasah ini diberi nama Madrasah Nizamiyah dan Madrasah Hanafiyah di dengan itu terdapat pula Madrasah Tajiyah di Baghdad, Madrasah Mustansiriah, dan Madrasah al-Nuriyah al-Qubra di Siria yang dikenal sebagai pendidikan masa ini lembaga madrasah berkembang di berbagai kota seperti Baghdad, Baikh Muro, Thabristan, Nisabur, Isfahan, Basrah, Musil dan di kota-kota besar lainnya. Lembaga lain yang didirikan pada masa Abbasiyah adalah Soekarna Karya, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam Cet. III; Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1996, h. 75. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002, h. 23. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Bait alHikmah. Lembaga telah dirintis sejak masa Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian diteruskan dan disempurnakan oleh Khalifah al-Makmun14 . Keberadaan Bait al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam sangat penting pada masa Abbasiyah. Lembaga ini merupakan tempat belajar terbesar, di dalamnya terdapat sebuah perpustakaan yang sangat lengkap, ruang-ruang untuk belajar, tempat tinggal para penerjemah, tempat-tempat pertemuan para ilmuan untuk mengadakan diskusi-diskusi ilmiah, juga tempat untuk pengamatan bintang. Lembaga ini didirikan di samping sebagai lembaga penerjemahan karya-karya kuno dari bahasa Yunani dan Suriah ke dalam bahasa Arab juga sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Menurut Azyumardi Azra, Bait al-Hikmah adalah semacam lembaga riset untuk pengembangan lembaga-lembaga pendidikan tersebut, ada juga tempat belajar khusus seperti istana khalifah dan pembesar-pembesar, toko-toko buku, rumah-rumah ulama, majelis sastra, badiah Dusun Badwi, perpustakaan, ribath dan rumah Pendidikan Masa Dinasti Abbasiyah Tak dapat disangkal, metode merupakan salahsatu cara yang digunakan pendidik agar pelajaran yang disajikan dapat dikuasai oleh peserta didik. Salahsatu metode yang sering digunakan adalah halaqah. Halaqah menurut Nakosteen dalam Soekarna Karya, adalah sistem kegiatan proses perkuliahan di madrasah di mana Syaikh duduk di dekat dinding atau pilar yang memungkinkan untuk bersandar dan mahasiswa duduk di depannya membentuk setengah lingkaran. Mahasiswa yang lebih pintar atau lebih tinggi pengetahuannya duduk dekat dengan Syaikh. Hal ini memungkinkan tumbuhnya motivasi untuk meraih kedudukan mulia itu dengan belajar lebih keras. Setiap halaqah maksimal 20 orang. Sedangkan proses halaqah terdiri dari 4 langkah. Langkah pertama; Syaikh membuka halaqah dengan didahului doa. Langkah kedua; Syaikh mengemukakan komentar atas topik, tema atau pokok bahasan tertentu. Langkah ketiga; imlak atau dikte dengan penjelasan dari Syeikh. Langkah Azyumardi Azra, op. cit., h. 23. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992, h. 81 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 keempat; diskusi. Pada langkah ini mahasiswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dengan bebas sehingga sering terjadi perbedaan pandangan antara Syeikh dan mahasiswa. Langkah kelima; Syaikh memeriksa catatan/kesimpulan yang dibuat mahasiswa, memberi anjuran untuk baca kitab, dan sebagainya. Perkembangan Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang. Kemajuan yang paling mencolok terjadi pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kajian-kajian kritis tentang ilmu pengetahuan banyak dilakukan sehingga ilmu pengetahuan baik yang aqliah maupun naqliah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tak dapat disangkal, majunya perkembangan ilmu pengetahuan saat itu karena faktor keinginan dan campurtangan penguasa yang secara intensif menaruh perhatian yang sering terhadap karya-karya hasil peradaban. Di samping itu, adanya dukungan penuh dari para hartawan bahkan orang lemah sekalipun. Oleh karena itu, para hartawan, Raja-raja, Pangeran-pangeran dan lapisan lain dalam masyarakat menyerahkan istana dan gedung mereka untuk dijadikan pusat kebudayaan yang dilengkapi dengan perpustakaan yang menghimpun ratusan buku. Untuk merealisasikan keinginan-keinginan para penguasa maka didirikanlah lembaga-lembaga pembangunan peradaban dan kebudayaan Islam menjadi perhatian dari Daulah ini ketimbang perluasan wilayah sebagaimana Daulah terdahulu. Oleh karena itu, berbagai hasil peradaban dunia mewarnai dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Islam. Kebudayaan Persia datang dengan tradisi keilmuan dan pemerintahan. Bahkan banyak penulis Persia mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Abu Hanifah mempelopori bidang hukum Islam, Sibawaih dengan gramatika dan al-Kisa'i di bidang qira'at. India memperkaya khazanah Islam dengan ilmu kedokteran, ilmu perbintangan, dan matematika. Sedangkan Yunani paling banyak mempengaruhi khazanah peradaban Islam Jundisapur dalam bidang Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1985, h. 87. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan kedokteran, Iskandariyah dalam bidang filsafat, Harran dalam bidang filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan pada masa ini melahirkan berbagai gerakan ilmiah. Di samping gerakan penterjemahan, pusat-pusat ilmu pengetahuan juga dibuka di berbagai kota, Ilmu-ilmu dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, tidak heran pada masa ini lahirlah para filosof muslim Abu Ishak al-Kindi dengan ilmu mantiq, filsafat, handasah, hisab, musik, nujum, dan lain-lain; Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Tharkhan al-Farabi dengan 12 buku karangannya al-Rais Abu al-Husain bin Abdullah atau Ibnu Sina yang menghidupkan jejak filsafat Aristoteles dan Plato serta terkenal dengan ilmu aqli; Abu Bakar Muhammad bin Yahya atau Ibnu Bajah, Abu Bakar bin Abdul Malik bin Thufail; Ibnu Rusyd dan al-Abhary. Mereka mengembangkan ilmu yang berhubungan dengan filsafat. Di bidang astronomi perkembangannya juga sangat pesat, ilmu falak dan ilmu nujum bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis politik oleh para khalifah dan amir yang mendasarkan perhitungan kerjanya pada peredaran bintang. Di antara yang termashur antara lain Abu Manshur al-Falaky dengan karyanya Isbat al-Ulum dan Hai'at al-Falak; Jabir Batany menciptakan alat peneropong bintang ajaib; Abu Hasan dan Raihan Bairuny. Bidang kedokteran Islam mengalami puncak tertinggi dan telah melahirkan dokter terkenal. Mereka antara lain Ibnu Miskawaihi yang memiliki karya kedokteran yang tidak sedikit jumlahnya, Ibnu Sahal pengarang buku Thib dan farmasi sekaligus sebagai direktur Rumah Sakit Jundaisabur; Abu Bakar al-Razy ketua dokter-dokter Rumah Sakit di Baghdad, bahkan karangannya tentang kedokteran bernilai tinggi sampai sekarang; Ali bin Abas dokter pribadi Abdul al-Daulah al-Buwaihi; dan Ibnu Sina seorang filosof dan dokter yang sangat canggih dan masyhur. Kajiankajian keilmuan pada masa ini juga melingkupi bidang sastra, ilmu pasti, kimia dan ilmu sejarah. Yang tidak kalah menarik akibat penerjemahan-penerjemahan ilmu ke dalam bahasa Arab, juga telah melahirkan kemajuan di bidang ilmu agama Islam. Paling tidak, sebagian ilmu-ilmu Islam telah mengalami perubahan, perkembangan dan kemajuan pesat. Dalam bidang tafsir misalnya, sejak awal dikenal dua metode Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, h. 6-7 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 penafsiran, yaitu Tafsir bi al-Matsur dan Tafsir bi alRa'yi. Yang disebut kedua ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Demikian pula pada ilmu fiqh terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika sangat mempengaruhi kedua ilmu ini baik fiqh maupun tafsir. Di samping itu, muncul pula imamimam ahli fiqh semisal Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal. Bahkan para ahli tafsir dan hadis juga bermunculan. Imam Bukhary, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, alTirmizi, al-Nasa'i, al-Naisabury, al-Razi, al-Ajiry, dan al-Baihaqy merupakan representasi imam-imam hadis yang rela menghabiskan umurnya dengan tekun mempelajari dan mengarang ilmu hadis. Demikian pula para mufassirin yang terdiri dari golongan ahli tafsir bi al-matsur al-Thabary, Ibnu Athiyah, al-Suda'i, Mupati bin Suleman, dan Muhammad bin Ishak. Sedangkan dari golongan ahli tafsir bi al-ra'yi adalah Abu Bakar. Perkembangan Pendidikan Islam Zaman Modern Dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah memasuki abad ke19 masehi, dunia Islam memasuki abad kebangkitan dan kemodernan. Semangat kebangkitan ini didorong oleh dua faktor, yaitu 1. Alquran mendorong manusia untuk berpikir dan mengadakan perenungan, bahkan menyuruh manusia untuk memikirkan dan mengeluarkan rahasia yang ada dalam alam semesta ini. 2. Adanya dorongan kemajuan berupa perkembangan IPTEK ilmu pengetahuan dan teknologi yang memasuki dunia Islam. Hal itu dilatarbelakangi oleh adanya kontak antara dunia Islam dengan dunia Barat, yang selanjutnya membawa ide baru, seperti rasionalisme dan pembaharuan yang menjadi perhatian para pemikir Islam, di antaranya ialah pemurnian tauhid, politik, ekonomi, sosial budaya, kemiliteran, sains dan teknologi, emansipasi wanita, serta sistem Pendidikan. Philip K. Hitty, History of the Arabs London The Machmillan Press, 1970, h, 324. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Tampaknya, pemikiran pembaharuan tentang sistem pendidikan, selalu mendapat perhatian dari setiap pemikir pembaharu. Hal ini disebabkan oleh adanya pendidikan itu merupakan arena studi yang tidak pernah kering, karena masalah pokok yang menjadi pembahasannya adalah mengenai manusia dengan segala aspeknya. Di samping itu, jalan untuk mencapai tujuan pemikiran dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Gerakan kebangkitan kembali dunia Islam, telah menjalar ke Indonesia, termasuk pelaksanaan pendidikan Islam. Pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia, dapat diketahui dengan menelusuri sejarahnya sejak zaman kedatangan Islam sampai sekarang. Harun Nasution menyebutkan bahwa pada zaman kolonial Belanda, tersedia beraneka ragam bagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Ciri khas dari sekolah-sekolah itu ialah tidak adanya hubungan yang baik di antaranya. Namun lambat laun, sekolahsekolah yang terpisah itu terjalin hubungan yang erat, sehingga terdapat suatu sistem yang menunjukkan perkembangan selanjutnya, sistem pendidikan Islam semakin berkembang dan terpadu. Hal ini ditandai oleh masuknya ilmu agama pada sekolah-sekolah umum dan masuknya ilmu-ilmu umum pada madrasahmadrasah, bahkan pada perkembangan terakhir telah lahir beberapa madrasah dan pondok pesantren modern. Perlunya sarana pendidikan Islam, diperuntukkan bagi sebagian masyarakat Islam yang ingin mempelajari agamanya secara mendalam. Tentang hal ini, telah ditegaskan dalam Islam adalah pendidikan yang sangat ideal, yaitu menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan psikhis, jasmani dan rohani, pengembangan individu dan masyarakat, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jakarta UI-Perss, 1978, h. 78. 122 menyebutkan bahwa, “… Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama …”. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci AlQur’an, 1985/1986, h. 301-302. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing dan mengasuh peserta didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Karenanya, peningkatan sumber daya manusia tetap berkesinambungan dengan peningkatan kualitas iman dan takwa, kualitas ibadah, kualitas ilmu dan teknologi, serta kualitas zikir dan doa kepada Allah Swt. Konsep pendidikan seperti itulah yang dilaksanakan pada zaman klassik Islam, sehingga umat Islam pada saat itu menjadi umat yang maju dalam ilmu agama dan sains, bahkan pernah menjadi umat yang adikuasa DAFTAR PUSTAKA A. Najili Aminullah, Dinasti Abbassiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, Jurnal Pendidikan Islam, IAIN SMH Banten, Volume 2, Nomor 3, Edisi 2018 Azyumardi Azra, op. cit., Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002 Budiyati dan Anisa Dwi Makrufi, Peradaban Islam Periode Daulah Abbasiyah Dalam Meningkatkan Minat Membaca Masyarakat, Jurnal Pendidikan Islam, FITK UIN Malang, Volume 3 Nomor 2, Edisi Januari 2019. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3 Cet. II; Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Frangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir’ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016 Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1985 Fuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, “The Golden Age Off Islam”, Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014 Harun Asrohah, Sejarah Pendidikan IslamCet. I Jakarta Logos, 1990 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jakarta UI-Perss, 1978 Hoeve, 1997 Kaelan, metode penelitian kualitatif interdispliner, Yogyakarta , Indonesia Pradigma, 2010, Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Fenomena, STAI Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992, Mamud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta PT. Hidakarya Agung, 1990, Masjudin dan Selamet Ridwan, Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Dinati Abbasiyah, Jurnal Ta’dib, UIN Malang, Volume 15 Nomor 2, Edisi 2017 Nunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1979 Philip K. Hitty, History of the Arabs London The Machmillan Press, 1970 122 menyebutkan bahwa, “… Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama …”. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci AlQur’an, 1985/1986 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaCet. I; Jakarta Kencana Group, 2007 Serli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015 Soekarna Karya, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam Cet. III; Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1996 Wasito, Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah Abbassiyah, Jurnal Pendidikan Islam, IAIT Kediri, Volume 26 Nomor 1, Edisi 2015 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this WasitoDinasti Abbasiyah adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam setelah dinasti Umayyah. Sekitar lebih dari 5 abad, dan juga merupakan dinasti yang mengantarkan Islam pada masa keemasan-nya. Dinasti Abbasiyah juga merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa pemerintah Abbasiyah merupakan pemrintah yang komplek, seperti permasalahan politik yang dihadapinya yaitu permasalahan kudeta, penmbrontakan dan juga pembentukan dinasti-dinasti baru. Awalnya, Abbasiyah merupakan pemimpin tunggal di daerah AzraPendidikan IslamAzyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002Frangky SulaimanPeradilan Bani AbbassiyahFrangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir'ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016Fuad RiyadiPerpustakaan Bayt Al-HikmahFuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, "The Golden Age Off Islam", Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014Sejarah Pendidikan Islam Cet VIIMahmud YunusMahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992,kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islamDinati NunzairinaAbbasiyahNunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan IslamSerli MahroesSerli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015
iamerudite 1. tingkatan pertama, yaitu dengan mencatat ide, percakapan, dan sebagainya di selembar kertas. ini tingkatan tingkat kedua, yaitu dengan pembukuan ide-ide yang serupa atau hadis-hadis Rasul dalam satu tingkat ketiga, ialah tingkat penyusunan yang lebih sempurna daripada kerja pembukuan, karena ditingkat ini segala yang sudah dicatat diatur dan disusun dalam bagian dan bab-bab tertentu serta berbeda satu dengan lainnya. 24 votes Thanks 37
1. Fase pertama pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid, pada fase ini banyak diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi dan Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H, buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah